Sunday, June 29, 2014

Kisah Orang Terkaya di Thaiwan

JAKARTA - Tsai Eng Meng merupakan Chairman Want
Want Food, perusahaan produsen makan ringan raksasa
di Taiwan. Dia kembali didaulat menjadi yang terkaya di
Taiwan.
Padahal, kekayaannya turun USD1 miliar sejak Mei 2013
akibat turunnya harga saham perusahaannya di bursa
Hong Kong. Kini, pria 57 tahun ini memiliki kekayaan
sebesar USD9,6 miliar.
Want Want menjual makanan ringan (snack), mulai dari
crackers sampai spicy peanuts. Produk dairy
menyumbang 52 persen dari penjualan tahun 2013 yang
mencapai USD3,8 miliar. Demikian dilansir Forbes, Kamis
(26/6/2014).
Karyawannya mencapai 58 ribu orang, ditambah dengan
jaringan vast sales untuk mempromosikan produk snack
dan berverages produksinya.
Tsai juga memiliki investasi di sektor perhotelan, yakni
San Want. Dia juga memiliki perusahaan jasa keuangan,
yakni Waterland dan Union Insurance. Dia juga memiliki
saham di China, yakni Times newspaper dan China
Television Co.
Want Want menjadi pemain handal di industri makanan
dan minuman di China, bersaing dengan Coke, Pepso dan
Unilever. Perusahaan ini awalnya hanya menjual
produknya di rumah pada tahun 1990.
Tsai mengambil alih bisnis makanan dan ikan milik
ayahnya pada tahun 1970-an. Dia lalu membuat ikan
mackarel dan tuna menjadi snack crackers.
Berbekal ambisinya, pada usia 19 tahun dia pergi ke
Jepang untuk mempelajari kesepakatan lisensi teknologi
dengan Iwatsuka Confection untuk alat pembuat cracker
dari nasi.
Tapi sekarang, Want Want mendominasi bisnis rise
cracker di Taiwan, dan dia juga mendominasi bisnis ini di
China daratan pada 1980. Pada 1992, Want Want
membuka pabrik pertamanya di Changsa. Saat ini, Want
Want terus menarik perharian konsumer dengan
meluncurkan produk-produk terbarunya.
Saat ini, Presiden China Xi Jinping menyebut perlambatan
ekonomi China adalah hal yang normal, hal tersebut
mempengaruhi industri makanan. Want Want pun berniat
mengonsolidasikan pabrik-pabrik yang dia miliki, untuk
efisiensi.
Untuk itu, perusahaan merencanakan belanja modal
USD458 juta untuk merelokasi pabrik-pabriknya. Padahal
pada tahun-tahun sebelumnya dia hanya menganggarkan
belanja modal USD200-USD300 juta. (mrt) A

No comments :

Post a Comment