Monday, November 9, 2015

Sabda Nabi SAW : "Kalian Akan Rakus Jabatan"

Di antara hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memprediksi kondisi di akhir zaman ialah mengenai sikap umat terhadap jabatan, kedudukan serta kekuasaan. Nabi menggambarkan bahwa  umat ini akan bersikap rakus terhadap jabatan. Mengapa? Karena jabatan menjamin stabilnya bahkan berlimpahnya gaji seseorang selama dia sedang menjabat. Padahal begitu seseorang sudah tidak lagi menjabat, maka ia segera merasakan kepahitan hidup tanpa jabatan. Lebih jauh daripada itu Nabi menjelaskan bahwa jabatan bakal menjadi sumber penyesalan di hari berbangkit.
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Kalian akan rakus (berambisi) terhadap jabatan (kedudukan, kekuasaan), padahal ia  (jabatan) itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat. Jabatan merupakan senikmat-nikmatnya penyusuan dan sepahit-pahitnya penyapihan." (HR Bukhari – Shahih)

Tampaknya apa yang diprediksi Nabi melalui hadits di atas sangat sesuai dengan kondisi masyarakat dunia hari ini. Begitu banyak orang berambisi mengejar jabatan, posisi, kedudukan serta kekuasaan. Mereka rela mempertaruhkan apapun demi mencapainya. Bila perlu dia berhutang kesana-kemari demi mendapatkannya. Karena dia tahu bahwa jika dia berhasil mendapatkannya, maka semua hutang itu akan dengan mudahnya dia lunasi karena jaminan gaji besar yang bakal dia peroleh ketika menjabat.
Mengapa dia begitu ambisius mengejarnya? Karena disamping jaminan gaji empuk dan berbagai fasilitas istimewa, sebagai pejabat dia akan memperoleh penghormatan dari masyarakat. Kemana saja dia pergi dia akan dihormati manusia. Itulah yang Nabi katakan “jabatan merupakan senikmat-nikmatnya penyusuan.”
Dan jika akhirnya dia berhasil menduduki jabatan tersebut, dengan sekuat tenaga dia akan mempertahankan kedudukannya itu dengan cara apapun. Karena dia tahu betapa pahit keidupannya bila harus kehilangan jabatan dengan segenap fasilitasnya. Itulah maksud Nabi dengan ucapan “dan sepahit-pahitnya penyapihan.”
Bila perlu dia menghumbar janji kesana-kemari demi meraih jabatan. Terkadang janjinya dihiasi dengan dalil agama, ayat dan hadits agar terkesan dirinya peduli dengan kepentingan umat Islam secara lebih khusus. Padahal dia samasekali tidak menunjukkan komitmen untuk menegakkan hukum Allah. Bagaimana ia bisa disebut pemimpin kaum beriman jika dia tidak menerapkan kepemimpinannya serta memanfaatkan kekuasaannya berdasarkan petunjuk wahyu dari Allah? Dia tidak mau menyelesaikan berbagai perkara dengan hanya merujuk kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah). Dia menjadikan selain petunjuk Allah sebagai pedoman kepemimpinannya. Bagaimana mungkin orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah bisa memberi petunjuk kepada orang lain, bawahannya, pengikutnya, rakyatnya?
Allah ta’aala berfirman:
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا
فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ
سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah (pengikut, bawahan, rakyat) kepada orang-orang yang sombong (atasan, pemimpin, penguasa): "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS Ibrahim 21)
Inilah penyesalan yang tiada berguna dikarenakan mengabaikan petunjuk Allah. Bagi mereka tidak ada balasan dari Allah selain azab. Inilah barangkali yang dimaksud Nabi dengan ucapannya: padahal ia  (jabatan, kekuasaan) itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat.”

Wallahu a’lam bish-showwaab.

No comments :

Post a Comment