Allah menciptakan manusia dalam bentuk
yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya
dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuan
intelektualnya yang khas dalam berpikir dan memahami, dan kesiapannya untuk
belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Pernahkah Anda berpikir, mengapa meski
memiliki seluruh sifat yang unggul ini manusia memiliki tubuh yang sangat
rentan, yang selalu lemah terhadap ancaman dari luar dan dalam? Mengapa begitu
mudah terserang mikroba atau bakteri, yang begitu kecil bahkan tidak tertangkap
oleh mata telanjang? Mengapa ia harus menghabiskan waktu tertentu setiap harinya
untuk menjaga dirinya bersih? Mengapa ia membutuhkan perawatan tubuh setiap
hari? Dan mengapa ia bertambah usia sepanjang waktu?
Manusia menganggap semua kebutuhan ini
adalah fenomena alami. Namun, sebagai manusia, keperluan perawatan tersebut
memiliki tujuan tersendiri. Setiap detail kebutuhan manusia diciptakan secara
khusus. Ayat "manusia diciptakan dalam keadaan lemah"
(QS. An-Nisaa’, 4: 28) adalah pernyataan yang jelas dari fakta ini.
Kebutuhan manusia yang tanpa batas
diciptakan dengan sengaja: agar ia mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah dan
bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara.
Manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun
terhadap tanggal dan tempat kelahirannya. Sebagaimana halnya, ia tidak pernah
mengetahui di mana atau bagaimana ia akan meninggal. Lebih lanjut lagi, seluruh
usahanya untuk membatasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif bagi hidupnya
adalah sia-sia dan tanpa harapan.
Manusia memang memiliki sifat rentan
yang membutuhkan banyak perawatan untuk tetap bertahan. Ia pada hakikatnya tidak
terlindungi dan lemah terhadap kecelakaan tiba-tiba dan tak terduga yang terjadi
di dunia. Sama halnya, ia tidak terlindungi dari risiko kesehatan yang tidak
dapat diperkirakan, tak peduli apakah ia penghuni peradaban yang tinggi atau
pedesaan di gunung yang terpencil dan belum maju. Sepertinya setiap saat manusia
dapat mengalami penyakit yang tak tersembuhkan atau mematikan. Kapan pun, dapat
terjadi suatu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan tak tersembuhkan pada
kekuatan fisik atau daya tarik seseorang yang tadinya membuat cemburu. Lebih
jauh, hal ini terjadi pada seluruh manusia: apa pun status, kedudukan, ras, dan
sebagainya, tidak ada pengecualian terhadap akhir tersebut. Baik kehidupan
seorang pesohor dengan jutaan penggemar dan seorang penggembala biasa dapat
berubah secara drastis pada suatu saat karena kecelakaan yang tidak terduga.
Tubuh manusia adalah organisme lemah
yang terdiri dari tulang dan daging dengan berat rata-rata 70-80 kg. Hanya kulit
yang lemah melindunginya. Tidak diragukan, kulit yang sensitif ini dapat dengan
mudah terluka dan memar. Ia menjadi pecah-pecah dan kering ketika terlalu lama
terkena sinar matahari atau angin. Untuk bertahan terhadap berbagai gejala alam,
manusia harus berjaga-jaga terhadap dampak lingkungan.
Meskipun manusia dilengkapi dengan
sistem tubuh yang luar biasa, "bahan-bahan"nya — daging, otot, tulang, jaringan
saraf, sistem kardiovaskuler dan lemak — cenderung meluruh. Bila manusia terdiri
dari bahan lain, bukan daging dan lemak, bahan yang tidak memberi jalan bagi
penyusup dari luar seperti mikroba dan bakteri, tidak akan ada kesempatan untuk
menjadi sakit. Bagaimanapun, daging adalah zat yang paling lemah: ia menjadi
busuk bahkan berulat bila dibiarkan pada suhu ruang untuk beberapa waktu.
Untuk senantiasa mengingatkan kepada
Allah, manusia acap kali merasakan kebutuhan pokok tubuhnya. Jika terkena cuaca
dingin, misalnya, ia mengalami risiko kesehatan; sistem kekebalan tubuhnya
perlahan-lahan "jatuh". Pada saat tersebut, tubuhnya mungkin tidak dapat menjaga
temperatur tubuh konstannya (37ºC) yang penting untuk kesehatan yang
baik.1 Laju jantungnya melambat, pembuluh-pembuluh
darahnya berkontraksi, dan tekanan darah meningkat. Tubuhnya mulai menggigil
sebagai cara untuk mendapatkan panas kembali. Penurunan suhu tubuh pada 35ºC
diiringi tekanan denyut nadi dan kontraksi pembuluh darah di lengan, kaki, dan
jari-jari menandakan kondisi yang mengancam jiwa.2
Seseorang dengan suhu tubuh 35ºC menderita disorientasi sangat parah dan
terus-menerus tertidur. Fungsi-fungsi mental melambat. Sedikit saja penurunan
suhu tubuh membawa konsekuensi demikian, tetapi lebih banyak terkena cuaca
dingin, yang menyebabkan suhu tubuh di bawah 33ºC, akan mengakibatkan hilangnya
kesadaran. Pada 24ºC, sistem pernafasan tidak berfungsi. Otak mengalami
kerusakan pada 20ºC dan akhirnya jantung berhenti pada 19ºC dengan membawa akhir
yang tidak dapat dihindari: kematian.
Ini hanyalah satu dari sekian contoh
yang akan dikembangkan lebih jauh pada halaman-halaman berikut buku ini.
Contoh-contoh ini dikemukakan untuk menekankan bahwa disebabkan oleh berbagai
faktor yang tidak dapat ditawar-tawar yang membahayakan keberadaannya, manusia
tidak pernah menemukan kepuasan mendalam selama hidupnya. Tujuannya adalah untuk
mengingatkan pembaca bahwa manusia hendaknya menghindari kecintaan buta terhadap
hidup dan berhenti menghabiskan seluruh hidupnya mengejar mimpi, dan sebaliknya,
selalu mengingat Allah dan hidup yang sesungguhnya, hari akhirat.
Ada surga abadi yang dijanjikan kepada
manusia. Sebagaimana akan dapat dilihat oleh pembaca pada halaman-halaman
berikutnya, surga adalah tempat kesempurnaan. Dalam surga, manusia akan
sungguh-sungguh terjaga dari seluruh kelemahan dan ketidaksempurnaan fisik yang
mengelilinginya di bumi. Segala yang ia inginkan dapat diraih dengan mudah.
Lebih lanjut, kelelahan, kehausan, keletihan, kelaparan, dan luka tidak akan ada
di surga.
Membantu manusia untuk memikirkan sifat
mereka sesungguhnya dan dengan konsekuen memiliki pengertian mendalam terhadap
keagungan tak terbatas dari sang Pencipta adalah tujuan lain buku ini. Sebagai
tambahan, pemahaman bahwa manusia membutuhkan bimbingan Allah tentunya sangat
dibutuhkan setiap orang. Allah menyatakan hal ini dalam ayat-ayat berikut:
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Faathir, 35: 15)
Kebutuhan Jasadi
Manusia dihadapkan pada banyak risiko
fisik. Menjaga tubuh dan lingkungan tetap bersih dan melakukan perawatan yang
saksama adalah beban seumur hidup bagi manusia untuk meminimalkan risiko
kesehatan. Lebih mengejutkan, jumlah waktu yang dihabiskan untuk tugas tersebut
ternyata cukup banyak. Kita sering menemukan penelitian untuk mengetahui berapa
banyak waktu yang dihabiskan untuk bercukur, mandi, merawat rambut, merawat
kulit, kuku, dan sebagainya. Hasil berbagai penelitian demikian sangat
mengherankan, dan mengungkap betapa banyak waktu berharga yang dihabiskan
tugas-tugas harian tersebut.
Dalam kehidupan, kita menghadapi banyak
manusia. Di rumah, di kantor, di jalan-jalan atau di mal perbelanjaan, kita
melihat banyak manusia yang berpakaian rapi dengan penampilan terbaik mereka.
Mereka adalah orang-orang yang wajahnya dicukur, rambut dan tubuh yang bersih,
pakaian yang diseterika, sepatu yang sudah disemir. Bagaimanapun, pengurusan
seperti itu membutuhkan waktu dan usaha.
Sejak bangun di pagi hari hingga pergi
tidur, seseorang harus melibatkan diri dalam rutinitas tanpa akhir agar tetap
bersih dan segar. Saat kita bangun, tempat pertama yang kita tuju adalah kamar
mandi; sepanjang malam, perkembangbiakan bakteri menyebabkan rasa tidak enak dan
hawa yang tidak menyenangkan dalam mulut, yang memaksa kita segera menyikat
gigi. Bagaimanapun, agar siap untuk hari yang baru, hal penting dilakukan tidak
sebatas menggosok gigi. Seseorang butuh membasuh wajah atau tangannya. Sepanjang
hari, rambut menjadi berminyak dan tubuh menjadi kotor. Pada malam hari, di
tengah-tengah mimpi, tubuh boleh jadi tidak dapat berhenti berkeringat. Sebagai
satu-satunya cara untuk membersihkan bau tubuh yang tidak menyenangkan dan
keringat, seseorang merasakan pentingnya mandi. Jika tidak, dia akan pergi
bekerja dengan rambut berminyak dan tubuh berbau, suatu hal yang tidak
menyenangkan.
Variasi bahan yang digunakan untuk
membuat tubuh seseorang cukup bersih untuk bertemu dengan orang lain ternyata
sangat banyak. Hal ini cukup membuktikan kebutuhan tubuh itu tidak terbatas. Di
samping air dan sabun, kita membutuhkan banyak bahan lain untuk membersihkan
tubuh: sampo, conditioner, pasta gigi, pemoles gigi, korek kuping, bedak tubuh,
krim wajah, lotion; daftarnya akan bertambah. Di samping bahan-bahan ini,
terdapat ratusan produk lain yang dikembangkan di laboratorium untuk
meningkatkan perawatan tubuh.
Sebagaimana halnya perawatan tubuh,
setiap orang juga harus menghabiskan sejumlah waktu untuk membersihkan pakaian,
rumah, dan lingkungannya. Tidak diragukan, seseorang tidak dapat menjaga
kebersihan diri kecuali dengan berada di sebuah lingkungan yang bersih.
Singkatnya, ada bagian tertentu dari
hidup yang dihabiskan hanya untuk menyediakan kebutuhan tubuh. Lebih lanjut,
kita membutuhkan banyak bahan kimia untuk tujuan ini. Allah menciptakan manusia
dengan banyak kelemahan, namun juga menyediakan metode untuk menyembunyikan
kelemahan ini untuk sementara sehingga tetap berada dalam kondisi yang baik
tanpa membuat orang lain menyadari hal tersebut, Di samping itu, manusia
diberkahi cukup kecerdasan untuk mencari jalan terbaik untuk menutupi
"kelemahan"nya. Bila kita tidak menerapkan metode ini untuk menjaga tubuh tetap
bersih dan segar, sebentar saja kita mungkin mulai tampak menjijikkan.
Lebih jauh, seseorang tidak dapat tetap
bersih untuk waktu yang lama. Setelah beberapa jam, tidak satu pun yang tersisa
dari kesegaran yang diberikan oleh mandi: kita hanya dapat menjaga tetap bersih
untuk waktu yang relatif singkat. Kita butuh mandi setidaknya sekali sehari.
Sebagaimana halnya, kita butuh menggosok gigi kita secara teratur: bakteri
dengan cepat mengubah mulut menjadi keadaan yang sebelumnya. Seorang wanita yang
menghabiskan berjam-jam di depan kaca memakai riasan, bangun di pagi hari
berikutnya tanpa jejak riasan yang cantik tersebut di wajahnya. Lagi pula, bila
ia tidak menghapusnya dengan benar, wajahnya akan tampak lebih mengerikan oleh
sisa-sisa kosmetik. Seorang laki-laki yang dicukur bersih membutuhkan cukuran
lainnya pagi berikutnya.
Adalah penting untuk memahami bahwa
semua kebutuhan ini diciptakan untuk tujuan tertentu. Sebuah contoh akan membuat
poin ini jelas: ketika suhu tubuh meningkat, kita berkeringat. Bau yang keluar
bersama keringat sangat mengganggu. Ini adalah proses yang tidak dapat dihindari
siapa pun yang hidup di dunia ini. Bagaimanapun, bukan ini permasalahannya!
Misalnya, tumbuhan tidak pernah berkeringat. Sebuah bunga mawar tidak pernah
berbau busuk meskipun faktanya ia tumbuh di tanah, diberi makan dengan pupuk,
dan berada di sebuah lingkungan yang berdebu dan kotor. Dalam semua kondisi, ia
mempunyai harum yang lembut. Bahkan ia tidak membutuhkan perawatan tubuh apa
pun! Akan tetapi, tidak peduli kosmetik apa pun yang dipakaikan kepada kulit,
hanya sedikit mahkluk hidup yang dapat mencapai keharuman permanen seperti itu.
Di samping seluruh kebutuhan tubuh
mengenai kebersihan, nutrisi juga penting bagi kesehatan. Terdapat kesetimbangan
yang cermat dari protein, karbohidrat, gula, vitamin, dan mineral lainnya yang
penting bagi tubuh. Sekali kesetimbangan ini terganggu, kerusakan serius dapat
timbul dalam berfungsinya sistem-sistem tubuh: sistem kekebalan kehilangan
kemampuan perlindungannya, membuat tubuh lemah dan rentan terhadap penyakit.
Karenanya, perhatian yang sama yang ditunjukkan untuk perawatan tubuh seharusnya
juga diberikan untuk nutrisi.
Syarat yang malah lebih penting lagi
untuk hidup adalah, tentu saja, air. Seorang manusia dapat bertahan hidup tanpa
makanan untuk beberapa periode tertentu, namun beberapa hari tanpa air akan
berakibat fatal. Seluruh fungsi kimia tubuh berlangsung dengan pertolongan air;
air adalah penting bagi kehidupan.
agian yang dijelaskan sebelumnya adalah
kelemahan yang dapat diamati seseorang pada tubuhnya sendiri. Namun tersisa
sebuah pertanyaan: apakah kita semua menyadari bahwa ini adalah kelemahan?
Alternatifnya, apakah kita berpikir bahwa ini adalah "alami" karena manusia di
seluruh dunia memiliki kelemahan demikian? Bagaimanapun, kita harus ingat bahwa
Allah dapat saja menciptakan manusia yang sempurna tanpa kelemahan ini. Setiap
manusia dapat saja sebersih dan seharum mawar. Namun demikian, pelajaran yang
dapat diambil dari keadaan itu pada akhirnya membawa pada kebijaksanaan, membawa
kita pada kejernihan pemikiran dan kesadaran; manusia, melihat kelemahannya
dalam kehadiran Allah, seharusnya mengerti mengapa ia diciptakan dan mencoba
menjalani hidup yang mulia sebagai hamba Allah.
Lima Belas Tahun Tanpa "Kesadaran"
Setiap manusia harus menghabiskan
sebagian waktu hariannya untuk tidur. Tidak peduli seberapa banyaknya pekerjaan
yang ia miliki atau hindari, ia tetap akan jatuh tertidur dan berada di tempat
tidur untuk sedikitnya seperempat hari. Karenanya, manusia sadar hanya delapan
belas jam sehari; ia menghabiskan sisa waktunya minimal rata-rata 6 jam per hari
dalam ketidaksadaran total. Jika dinilai dari sisi ini, kita menjumpai gambaran
yang mengejutkan: ¼ dari rata-rata 60 tahun kehidupan dihabiskan dalam
ketidaksadaran total.
Apakah kita memiliki alternatif selain
tidur? Apa yang akan terjadi pada seseorang yang berkata, "Saya tidak ingin
tidur?"
Pertama, matanya akan menjadi merah dan
warna kulitnya memucat. Jika jangka waktu tidak tidurnya bertambah, ia akan
kehilangan kesadaran.
Menutup mata dan ketidakmampuan untuk
memfokuskan perhatian adalah fase awal tertidur. Ini adalah proses yang tidak
dapat dielakkan, baik cantik atau jelek, kaya atau miskin, setiap orang
mengalami proses yang sama.
Mirip dengan kematian, tepat sebelum
tertidur seseorang mulai tidak sensitif terhadap dunia luar dan tidak memberikan
respon terhadap rangsangan apa pun. Indra yang sebelumnya amat tajam mulai tidak
dapat bekerja. Sementara itu, daya persepsi berubah. Tubuh mengurangi seluruh
fungsinya menjadi minimum, membawa kepada disorientasi ruang dan waktu serta
pergerakan tubuh yang lebih lambat. Keadaan ini, pada satu hal, merupakan bentuk
lain kematian, yang didefinisikan sebagai keadaan di mana jiwa meninggalkan
tubuh. Memang, saat tidur tubuh berbaring di ranjang sementara ruh mengalami
hidup yang sangat berbeda di tempat yang sangat berbeda. Dalam mimpi, seseorang
mungkin merasa berada di pantai pada suatu hari yang terik di musim panas, tanpa
menyadari bahwa ia tengah terlelap di tempat tidur. Kematian pun memiliki
tampilan luar yang serupa: ia memisahkan jiwa dari tubuh yang digunakannya di
dunia dan membawanya ke dunia yang lain dalam tubuh yang baru. Untuk ini Allah
berulangkali mengingatkan kita dalam Al Quran, satu-satunya wahyu sejati yang
tersisa dan menuntun manusia ke jalan yang benar — akan kesamaan tidur dengan
kematian.
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Al An'aam, 6: 60)Allah memegang jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Az-Zumar, 39: 42)
Karena kehilangan total seluruh fungsi
indra, dengan kata lain, "dalam ketidaksadaran sebenarnya", seorang manusia
menghabiskan hingga 1/3 hidupnya dalam tidur. Namun, ia sedikit sekali
merenungkan fakta ini, tidak pernah menyadari bahwa ia meninggalkan segala yang
dianggap penting di dunia ini. Ujian yang penting, banyaknya uang yang hilang
dalam perdagangan saham atau permasalahan pribadi, singkatnya segala yang tampak
penting sehari-hari menghilang begitu seseorang tertidur. Singkatnya, hal ini
berarti kehilangan hubungan sepenuhnya dengan dunia.
Seluruh contoh yang telah ditampilkan
sejauh ini memberikan pemikiran yang jelas tentang pendeknya hidup dan sejumlah
besar waktu yang dihabiskan untuk tugas "wajib" yang rutin. Ketika waktu yang
digunakan untuk tugas "wajib" tersebut dikurangi, seseorang akan menyadari
betapa singkatnya waktu yang tersisa untuk apa yang disebut kesenangan hidup.
Dalam perenungan ulang, seseorang akan terkejut dengan panjangnya waktu yang
dihabiskan untuk makan, merawat tubuh, tidur, atau bekerja untuk mendapat
standar hidup yang lebih baik.
Tidak diragukan lagi, perhitungan waktu
yang dihabiskan untuk tugas rutin yang penting untuk hidup patut dipikirkan.
Seperti dinyatakan sebelumnya, setidaknya 15-20 tahun dari 60 waktu hidup
dihabiskan untuk tidur. Awal 5-10 tahun dari 40-45 tahun sisanya, dihabiskan
dalam masa kanak-kanak, masa yang juga dilewati dalam keadaan yang hampir tidak
sadar. Dengan kata lain, seorang berusia 60 tahun sudah menghabiskan sekitar
separuh hidupnya tanpa kesadaran. Mengenai separuh hidup-nya yang lain, tersedia
banyak statistik. Angka-angka ini misalnya, termasuk waktu yang digunakan untuk
menyiapkan makanan, makan, mandi atau terjebak kemacetan. Daftar ini dapat
diperpanjang lebih jauh. Kesimpulannya, yang tersisa dari sebuah hidup yang
"panjang" hanyalah 3-5 tahun. Apa nilai penting hidup yang pendek tersebut
dibandingkan dengan yang abadi?
Tepat pada poin inilah terdapat jurang
besar menganga antara mereka yang beriman dengan yang tidak beriman. Orang-orang
yang tidak beriman, yang percaya bahwa hidup hanya ada di dunia, berjuang
memanfaatkannya sebaik-baiknya. Namun ini adalah usaha yang tidak berguna: dunia
ini pendek dan hidupnya dikelilingi dengan "kelemahan". Lebih lanjut, karena
orang-orang yang tidak beriman tidak memercayai Allah, ia hidup dalam kehidupan
yang penuh kesukaran, penuh dengan permasalahan dan ketakutan.
Mereka yang memiliki iman, di sisi lain,
melalui hidup mereka dengan mengingat Allah dan keberadaan-Nya pada setiap saat,
sepanjang seluruh pekerjaan sepele dan memberatkan saat merawat tubuh, makan,
minum, berdiri, duduk, berbaring, dan mencari penghidupan, dan lain-lain. Mereka
menghabiskan hidup hanya untuk mencapai ridha Allah dan menjalani kehidupan yang
damai, benar-benar terpisah dari seluruh kesedihan dan ketakutan duniawi.
Kesimpulannya, mereka mencapai surga, sebuah tempat kebahagiaan abadi. Sama
halnya, tujuan pokok hidup dinyatakan dalam ayat berikut:
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS. An-Nahl, 16: 30-31)
Penyakit dan Kecelakaan
Penyakit juga mengingatkan manusia
bagaimana mudahnya ia menjadi lemah. Tubuh, yang sangat terlindung dari seluruh
jenis ancaman luar, rusak berat oleh virus yang sepele, agen pembawa penyakit
yang tak terlihat mata. Proses ini sepertinya tidak masuk akal, karena Allah
telah melengkapi tubuh dengan sistem yang sangat lengkap, terutama sistem
kekebalan yang dapat digambarkan sebagai "tentara yang unggul" terhadap
musuh-musuhnya. Namun, walau ada kekuatan dan daya tahan tubuh, manusia sering
jatuh sakit. Mereka sedikit memikirkan fakta bahwa setelah dilengkapi dengan
sistem yang sempurna tersebut, Allah akan membiarkan material pembawa penyakit
menyebabkan penderitaan. Virus, mikroba, atau bakteri dapat saja tidak pernah
mempengaruhi tubuh, atau bahkan musuh-musuh kecil ini dapat saja tidak pernah
ada. Namun, hingga kini setiap orang dapat menjadi sasaran dari penyakit serius
yang dibawa oleh berbagai penyebab yang tidak penting. Misalnya, suatu virus
yang memasuki tubuh melalui luka kecil di kulit dapat dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh, mengambil alih organ-organ vital. Meskipun teknologi telah
berkembang pesat, virus influensa yang sederhana dapat menjadi faktor yang
mengancam hidup bagi sebagian besar manusia. Sejarah telah berkali-kali menjadi
saksi kasus influensa yang mengubah bahkan struktur demografi beberapa negara.
Sebagai contoh, pada tahun 1918, 25 juta manusia meninggal karena influensa.
Sama halnya, tahun 1995, sebuah epidemi merenggut 30 ribu nyawa, dengan kerugian
terbesar di Jerman.
Kini bahaya tersebut tetap bertahan:
sebuah virus dapat menyerang kapan pun dan dengan mudah mengancam nyawa siapa
pun, atau sebuah penyakit yang langka dapat muncul kembali setelah terkubur
selama hampir dua puluh tahun. Dengan menerima semua peristiwa ini sebagai
kejadian yang alami dan tidak merefleksikannya pada mereka sendiri, akan terjadi
kesalahan serius. Allah memberi manusia penyakit untuk tujuan tertentu. Dengan
cara ini, mereka yang sombong dapat menemukan kesempatan untuk mengetahui betapa
terbatasnya jangkauan kekuasaan mereka. Di samping itu, ini adalah jalan yang
baik untuk memahami asal sesungguhnya kehidupan ini.
Selain penyakit, kecelakaan merupakan
ancaman yang serius terhadap manusia. Setiap hari koran menghadirkan berita
utama tentang kecelakaan jalan raya. Kecelakaan juga merupakan hal yang banyak
diberitakan di radio dan televisi. Namun, meskipun terbiasa dengan kecelakaan
tersebut, kita tidak pernah berpikir bahwa kita mungkin menghadapi kecelakaan
kapan pun. Terdapat ribuan faktor di sekitar kita yang dapat dengan tiba-tiba
menghentikan hidup kita. Seseorang dapat saja kehilangan keseimbangan dan jatuh
di tengah-tengah jalan, misalnya. Gegar otak atau patah kaki dapat terjadi
karena kecelakaan biasa seperti itu, atau saat makan malam, seseorang dapat
tercekik hingga mati karena tulang ikan. Penyebabnya dapat terdengar sederhana,
namun setiap hari ribuan manusia di dunia menghadapi kejadian yang sukar
dibayangkan seperti ini.
Fakta ini seharusnya membuat kita
memahami kesia-siaan penghambaan kepada dunia ini dan menyimpulkan bahwa segala
yang telah diberikan pada kita bukanlah apa-apa kecuali kesenangan sementara
untuk menguji kita di dunia. Sangatlah tidak dapat diduga bagaimana seorang
manusia, yang masih tidak mampu memerangi virus yang tidak terlihat, berani
bersikap sombong terhadap Penciptanya Yang Mahakuasa.
Tidak diragukan lagi, Allah-lah yang
menciptakan manusia dan Ia-lah satu-satunya yang melindungi kita terhadap segala
bahaya. Dalam hal ini, kecelakaan dan penyakit menunjukkan kepada kita siapa
diri kita. Tidak peduli bagaimana kuat seseorang menganggap dirinya, kecuali
dengan kehendak Allah, ia tidak akan dapat mencegah bencana apa pun. Allah
menciptakan seluruh penyakit dan situasi lain untuk mengingatkan manusia
terhadap kelemahannya.
Dunia ini adalah tempat untuk menguji
manusia. Setiap orang dianggap bertanggung jawab untuk mencoba mencapai
kesenangan yang baik dari-Nya. Di akhir ujian ini, mereka yang memiliki
pemahaman menyeluruh yang jelas tentang Allah tanpa menyekutukan-Nya dan
mematuhi larangan dan perintah-Nya akan menghuni surga dengan segala
keabadiannya. Mereka yang tidak mengubah kesombongan dan lebih menyukai dunia
ini dan keinginannya akan kehilangan kehidupan yang abadi dari kebahagiaan dan
kemudahan, dan menukarnya dengan penderitaan abadi yang tidak akan lepas dari
kesukaran, kelemahan, dan kesedihan baik di dunia maupun di
akhirat.
Konsekuensi dari Penyakit dan
Musibah
Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
penyakit dan musibah adalah kejadian yang digunakan Allah untuk menguji manusia.
Menghadapi kejadian seperti demikian, seorang manusia yang beriman dengan cepat
kembali kepada Allah, berdoa dan memohon perlindungan kepada-Nya. Ia menyadari
bahwa tidak ada suatu pun dan seorang pun yang dapat menolongnya dari kesedihan.
Ia juga menyadari bahwa kesabaran, pengabdian, dan kepercayaannya kepada Allah
sedang diuji. Dalam Al Quran, nabi Ibrahim dipuji karena sikap teladannya.
Doanya yang tulus seharusnya diulang oleh seluruh orang beriman. Hal tersebut
diceritakan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku." (Asy-Syua'araa, 26: 79-81)
Nabi Ayyub, di sisi lain, memberi contoh
yang baik bagi seluruh orang yang beriman ketika ia mencari kesabaran hanya dari
Allah saat didera penyakit yang parah.
Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan." (QS. Shaad, 38: 41)
Kesukaran demikian memperkuat kesetiaan
orang-orang yang beriman kepada Pencipta mereka dan menegakkan mereka dalam
kedewasaan. Karena itulah setiap penderitaan adalah "keberuntungan". Orang-orang
yang tidak beriman, sebaliknya, menanggapi semua jenis musibah dan penyakit
sebagai "kerugian". Karena tidak menyadari bahwa segalanya diciptakan untuk
tujuan yang khusus dan bahwa kesabaran yang ditunjukkan selama kesulitan akan
dihargai di akhirat, orang-orang yang tidak beriman jatuh ke dalam kesedihan
yang dalam. Memang, karena dalam sebuah sistem yang berlandaskan pada
pengingkaran atas keberadaan Allah, manusia mengadopsi pendirian materialistis,
penyakit dan musibah membawa kesedihan lain kepada mereka yang tidak memiliki
keyakinan. Nilai moral dan sudut pandang masyarakat materialis menggariskan
bahwa setelah musibah atau penyakit, umumnya mereka tiba-tiba kehilangan "teman"
dekat, sekalipun mereka belum mati. Sikap semacam itu diambil hanya karena
mereka menganggap berteman atau merawat orang yang sakit sebagai gangguan.
Betapa pun banyaknya cinta dan kasih sayang yang telah diberikan seseorang di
"masa-masa lalu yang indah", sekali ia jatuh sakit terbaring di tempat tidur,
misalnya, atau cacat, lenyaplah seluruh kasih sayang untuknya. Alasan lain yang
membuat manusia berubah adalah kehilangan penampilan atau keahlian tertentu. Hal
itu juga yang terjadi pada masyarakat materialis, karena di sana manusia menilai
yang lainnya berdasarkan ciri-ciri fisik mereka. Konsekuensinya, ketika muncul
kekurangan fisik, nilai yang dimiliki orang tersebut juga menghilang.
Sebagai contoh, pasangan atau kerabat
dekat dari seorang penyandang cacat fisik, segera mulai mengeluhkan kesulitan
merawat seorang cacat. Mereka sering berkeluh-kesah tentang sialnya mereka.
Kebanyakan menyatakan bahwa mereka masih sangat muda dan tidak seharusnya
dihadapkan pada bencana seperti itu. Ini hanya pembenaran diri bahwa ia tidak
memberikan perawatan dan perhatian yang patut kepada keluarganya yang cacat.
Yang lainnya, di sisi lain, membantu pasien atau orang cacat hanya karena mereka
takut akan pendapat orang lain jika meninggalkan mereka. Gosip, yang mudah
menyebar, mencegah mereka bersikap demikian. Dalam saat-saat kesulitan seperti
itu janji kesetiaan yang diberikan selama hari-hari yang bahagia tiba-tiba
digantikan oleh perasaan egois dan memikirkan diri sendiri.
Kejadian semacam itu seharusnya tidak
mengejutkan kita dalam sebuah lingkungan di mana beberapa bentuk sikap, seperti
kesetiaan, ditunjukkan hanya jika membawa keuntungan. Tidak diragukan lagi,
dalam sebuah masyarakat di mana kriteria materialis berkembang, dan yang lebih
penting, di mana manusia tidak takut akan Allah, mustahil untuk mengharapkan
kesetiaan seseorang tanpa imbalan. Bagaimanapun, kita tidak dapat mengharapkan
ketulusan dan kejujuran seseorang kepada orang lain kecuali ia percaya ia akan
menerima hukuman untuk kegagalannya dan penghargaan untuk keberhasilannya. Dalam
masyarakat materialis, sikap seperti itu dipercaya sebagai "kebodohan", karena
tidak masuk akal menunjukkan kesetiaan kepada seseorang yang ketika kelak mati,
mungkin dalam beberapa puluh tahun, sirna untuk selama-lamanya. Jika
mempertimbangkan situasi suatu sistem yang kedua pihak di dalamnya yakin bahwa
mereka akan hidup untuk waktu yang singkat kemudian mati, mentalitas semacam itu
sepertinya masuk akal. Lalu, mengapa mereka tidak akan lebih menyukai jalan yang
nyaman dan mudah untuk menjalani kehidupan?
Namun, fakta-faktanya sangat berlawanan.
Mereka yang beriman kepada Allah, yang di hadapan-Nya menyadari kelemahan diri
dan takut pada-Nya, menilai orang lain dengan cara yang diinginkan Allah. Nilai
seseorang yang paling berharga di hadapan Allah adalah ketakwaan, rasa hormat,
dan seterusnya, akhlak yang muncul dari nilai-nilai ini. Jika seseorang yang
bertakwa kepada Allah menampakkan kesempurnaan moral dalam dunia ini, ia akan
mencapai kesempurnaan jasmani dan rohani selama-lamanya. Dengan memahami fakta
ini, kekurangan fisik di dunia ini tidak lagi berarti. Ini adalah janji dari
Allah kepada orang-orang yang beriman. Ini pula alasan dasar mengapa orang-orang
beriman menampakkan penghormatan dan kasih sayang satu sama lain serta tenggang
rasa terhadap kekurangan fisik sesamanya, juga menunjukkan pengabdian seumur
hidup di antaranya.
Jurang persepsi yang lebar antara
orang-orang yang beriman dan yang tidak, serta pola pemikiran mereka yang
berbeda sangat penting. Sementara dendam dan kemarahan dihilangkan dari hati
orang-orang beriman dan digantikan oleh rasa damai dan tentram, pikiran
orang-orang kafir justru didera rasa kecewa, tidak puas dan tidak bahagia. Hal
ini seolah-olah suatu hukuman dari masyarakat materialis yang mengelilingi
orang-orang yang tidak beriman, namun, sebenarnya adalah kesialan dari Allah
untuk mereka yang tidak beriman. Mereka yang beranggapan bahwa kedurhakaan
mereka tidak akan diadili akan terpukul pada hari penghisaban, saat dosa-dosa
mereka, kekejaman, keingkaran, dan pengkhianatan diadili:
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (QS. Ali ‘Imran, 3: 178)
Tahun-Tahun Terakhir Kehidupan
Dampak kemunduran dari lewatnya
tahun-tahun kehidupan dapat teramati pada tubuh seseorang. Bersamaan berlalunya
tahun demi tahun, tubuh, harta manusia yang paling berharga, melalui proses
kemunduran yang tak dapat diubah lagi. Perubahan yang dialami seorang manusia
sepanjang hidupnya disebutkan di dalam Al Quran sebagai berikut:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Ruum, 30: 54)
Tahun-tahun terakhir kehidupan adalah
waktu yang paling diabaikan dalam rencana masa depan seorang dewasa, kecuali di
dalam proses menabung untuk pensiun hari tua yang mencemaskan. Sudah barang
tentu, pada saat teramat dekat dengan kematian, orang biasanya bersikap
ragu-ragu terhadap periode ini. Ketika seseorang mengajak berbincang tentang
usia tua, yang lain akan merasa risau dan berusaha mengubah topik "yang tidak
menyenangkan" ini secepat mungkin. Rutinitas sehari-hari juga merupakan jalan
yang ampuh untuk melarikan dari memikirkan tahun-tahun kehidupan yang
kemungkinan besar akan menyengsarakan ini. Jadi, hal ini dihindari hingga
saatnya tak terelakkan lagi. Tak diragukan lagi, penyebab utama dari pengelakan
seperti itu adalah anggapan bahwa seseorang memiliki waktu yang tak terbatas
sampai kematian mendatanginya. Kesalahpahaman umum seperti ini dijelaskan di
dalam Al Quran:
"Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hingga panjanglah umur mereka." (QS. Al Anbiyaa', 21: 44)
Gagasan keliru ini seringkali membawa
kepada kesedihan besar. Ini karena tak peduli berapa pun tuanya seseorang, milik
nyata yang tersisa dari masa lalunya hanyalah kenangan yang teringat
samar-samar. Seseorang hampir tidak ingat akan masa kanak-kanaknya. Malahan
lebih sukar lagi untuk mengingat dengan tepat apa yang terjadi selama sepuluh
tahun terakhir. Ambisi terbesar seorang muda, keputusan-keputusan besar, dan
tujuan-tujuan yang paling ia kejar, semuanya kehilangan makna begitu dialami dan
rampung. Karena itulah, menceritakan sebuah kisah hidup yang "panjang" adalah
suatu upaya yang sia-sia.
Baik itu bagi seorang remaja ataupun
dewasa, hal ini seharusnya mendorong manusia untuk membuat sebuah keputusan
besar tentang hidupnya. Misalnya, jika Anda berumur empat puluh tahun dan
berharap untuk hidup hingga pertengahan umur enam puluhan dan Anda tidak punya
jaminan apa-apa sisa dua puluh lima tahun tersebut pasti akan segera berlalu
secepat empat puluh tahun sebelumnya. Hal yang sama tetap terjadi walaupun hidup
Anda dipanjangkan sekali, karena sisa tiga puluh atau empat puluh juga akan
berlalu sebelum Anda sempat memerhatikan. Hal ini tentu saja merupakan
peringatan abadi akan sifat sejati dari dunia ini. Suatu hari setiap jiwa yang
hidup di muka bumi ini akan meninggalkan dunia ini dan tidak ada kata kembali.
Oleh karena itu, manusia hendaknya
mengesampingkan prasangkanya dan lebih realistik tentang hidupnya. Waktu berlalu
sangat cepatnya dan setiap hari menyebabkan makin lemahnya fisik berkurangnya
ingatan, bukannya dinamisme yang lebih segar dan sosok yang lebih muda.
Singkatnya, menjadi tua adalah perwujudan dari ketidakmampuan manusia
mengendalikan tubuh, hidup dan nasibnya sendiri. Efek waktu yang merugikan
terhadap tubuh terlihat selama periode ini. Allah menjelaskan kepada kita
tentang hal ini dalam ayat berikut:
Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. An-Nahl, 16: 70)
Dalam kedokteran, usia lanjut juga
disebut "masa kanak-kanak kedua". Oleh sebab itu, selama tahap kehidupan akhir
ini, orang-orang tua seperti anak-anak, membutuhkan perawatan, karena
fungsi-fungsi tubuh dan mental mereka telah mengalami perubahan-perubahan
tertentu.
Begitu seseorang menjadi tua, berbagai
karakteristik fisik dan kejiwaan menjadi semakin jelas. Orang-orang tua gagal
melakukan banyak tugas yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Perubahan
penilaian, pemikiran yang berkurang, kesulitan berjalan, menjaga keseimbangan
dan pembicaraan, berbagai kesukaran, memori yang berkurang dan kehilangan memori
secara perlahan-lahan, dan perubahan suasana hati dan tingkah laku hanyalah
beberapa gejala penyakit yang umum diderita pada usia tua.
Pendeknya, setelah periode tertentu,
manusia sering mengalami kemunduran ke keadaan ketergantungan kanak-kanak baik
secara fisik maupun mental.
Kehidupan berawal dan berakhir dalam
keadaan kanak-kanak. Hal ini jelas bukan suatu proses acak. Mungkin saja
seseorang tetap muda sampai ia mati. Namun Allah mengingatkan manusia tentang
sifat fana dunia ini dengan membuat kualitas hidupnya memburuk pada tahapan
tertentu dalam kehidupan. Proses ini bekerja sebagai pengingat yang jelas bahwa
hidup terus mendekati akhirnya. Allah menjelaskan ini di dalam ayat berikut:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al Hajj, 22: 5)
Berbagai Masalah
Fisik yang Berkaitan dengan Umur
Tak peduli betapa pun banyaknya uang
yang Anda miliki atau betapa pun sehatnya Anda, setiap orang pada akhirnya
menghadapi ketidak-mampuan dan berbagai komplikasi lain yang berkaitan dengan
umur, sebagiannya dijelaskan di bawah ini:
Kulit merupakan faktor penting yang
menentukan penampilan seseorang. Kulit adalah bagian mendasar dari kecantikan.
Jika beberapa milimeter persegi saja jaringan dibuang, tak bisa tidak akan
tampak gambaran yang mengganggu bagi pecinta keindahan. Ini karena kulit —selain
melindungi tubuh dari ancaman luar — juga memberi tubuh penampilan yang halus
dan estetis. Tak diragukan, ini adalah fungsi penting kulit. Bagaimanapun, jika
seseorang menganggap dirinya cantik, adalah karena tubuhnya dilapisi kulit,
potongan daging yang total beratnya sekitar dua seperempat kilogram. Namun yang
mengherankan, hanya inilah organ tubuh yang menampakkan kerusakan ketika
seseorang menua.
Begitu seseorang menua, kulit kehilangan
struktur elastisnya karena protein-protein struktural yang membentuk "kerangka"
dari lapisan dasar kulit menjadi sensitif dan lemah. Karena inilah di wajah
muncul keriput dan garis, mimpi buruk bagi banyak orang. Fungsi
kelenjar-kelenjar minyak di lapisan atas kulit melambat, mengakibatkan
kekeringan yang akut. Perlahan-lahan, tubuh terkena pengaruh-pengaruh luar
karena permeabilitas kulit meningkat. Akibat proses ini, orang-orang lanjut usia
menderita ketidakteraturan tidur yang berat, luka-luka luaran, dan rasa gatal
yang disebut "rasa gatal usia tua". Begitu pula, kerusakan terjadi pada
lapisan-lapisan dasar kulit. Penggantian jaringan kulit dan mekanisme pertukaran
zat gagal berfungsi, menyediakan landasan untuk tumbuhnya tumor.
Kekuatan tulang juga sangat penting bagi
tubuh manusia. Berbagai upaya untuk memperoleh postur tubuh yang tegak jarang
berhasil bagi orang tua, namun jauh lebih mudah bagi orang muda. Saat seseorang
berjalan dengan postur membungkuk, hilanglah keangkuhannya, menunjukkan bahwa ia
tidak lagi berdaya mengontrol tubuhnya sendiri. Karenanya, ini juga merupakan
hilangnya "keanggunan" seseorang.
Gejala-gejala penuaan tak terbatas pada
ini saja. Orang-orang lanjut usia lebih gampang mengalami kehilangan rasa karena
sel-sel saraf berhenti memperbarui diri setelah usia tertentu. Orang-orang
lanjut usia menderita disorientasi ruang karena melemahnya respon mata yang
terhadap intensitas cahaya. Hal ini sangat penting karena membuat terbatasnya
penglihatan: kecemerlangan warna, posisi dan dimensi objek-objek menjadi kabur.
Tak diragukan, ini adalah situasi sulit yang harus dihadapi para lanjut usia.
Manusia mungkin saja tidak akan pernah
mengalami kerusakan fisik akibat penuaan: dia mungkin saja tumbuh makin kuat dan
sehat seiring dengan bertambahnya usia. Walau kita tidak lazim dengan model
demikian, hidup yang lebih lama mungkin menawarkan berbagai kesempatan yang tak
terduga bagi kehidupan yang penuh secara personal dan sosial. Waktu mungkin
telah memperbaiki kualitas hidup, membuatnya jauh lebih menyenangkan daripada
sebelumnya. Namun, sistem yang ditakdirkan sebagai yang terbaik bagi manusia
adalah yang berdasarkan pada menurunnya kualitas hidup begitu seseorang semakin
tua.
Inilah satu lagi bukti dari sifat fana
dunia ini. Allah berulang kali mengingatkan kita tentang fakta ini di dalam Al
Quran dan menyuruh orang-orang yang beriman memikirkannya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai perhiasannya, dan pemilik-pemilik-nya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus, 10: 24)
Setelah suatu periode hidup di mana
manusia menganggap dirinya kuat secara fisik dan mental dan memandang seluruh
dunia dari sudut pandangnya sendiri, dia tiba-tiba melalui suatu masa di mana
dia kehilangan banyak hal yang sebelumnya ia nikmati. Proses ini tak terelakkan
dan tak dapat diubah. Ini tak lain karena Allah menciptakan dunia ini sebagai
tempat sementara untuk hidup dan membuatnya tidak sempurna sebagai pengingat
akan Hari Akhir.
Pelajaran yang
Ditarik dari Usia Lanjut Para Pesohor
Menjadi tua tak dapat dielakkan. Tidak
seorang pun, tanpa kecuali, dapat menghindarinya. Namun, mengamati bagaimana
para pesohor menjadi tua mempunyai pengaruh yang lebih dalam bagi kita karena
kemunduran fisik mereka dapat diamati secara terbuka. Menyaksikan penuaan dari
orang-orang yang terkenal karena kemasyhuran, kekayaan, dan kecantikannya
tentulah merupakan pengingat akan betapa pendek dan tidak berartinya hidup ini.
Setiap hari kita dapat mengamati fakta
ini dari ratusan contoh di sekitar kita. Seorang yang cerdas, sehat, dan
terkenal, yang pernah menjadi simbol kecantikan atau kesuksesan, suatu hari akan
muncul di koran, majalah, dan televisi dengan ketidakmampuan fisik atau mental.
Inilah akhir yang akan ditemui hampir semua orang. Namun para pesohor punya
tempat khusus di pikiran kita; bagaimana mereka menjadi tua dan kehilangan
pesona lebih dalam menyentuh emosi. Pada halaman-halaman berikut, Anda akan
melihat foto-foto dari sebagian para pesohor. Masing-masingnya merupakan bukti
nyata bahwa bagaimanapun cantik, sukses, atau mudanya Anda, akhir yang tak
terelakkan bagi manusia adalah usia tua.
Kematian Manusia
Hidup makin menjauh detik demi detik.
Sadarkah Anda bahwa setiap hari membawa anda semakin dekat kepada kematian, atau
bahwa kematian itu sama dekatnya kepada anda sebagaimana pada orang lain?
Sebagaimana disebutkan di dalam ayat,
"Setiap jiwa akan merasakan mati; kepada Kamilah engkau akan
dikembalikan", (QS Al Ankabuut, 27: 57) setiap orang yang pernah muncul
di dunia ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali mereka semua, setiap orang,
mati. Hari ini, kita hampir tak pernah mendapati jejak dari banyak orang yang
telah meninggal dunia. Mereka yang hidup saat ini dan mereka yang akan hidup
kelak juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun
begitu, manusia cenderung menganggap kematian sebagai peristiwa yang tidak
mungkin terjadi.
Bayangkanlah seorang bayi yang baru saja
membuka matanya terhadap dunia dan seseorang yang akan mengembuskan nafas
terakhir. Keduanya tidak dapat mengubah apa pun dari kelahiran dan kematian
mereka sendiri. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk meniupkan nafas
kehidupan atau mengambilnya.
Semua manusia akan hidup sampai hari
tertentu dan kemudian mati; di dalam Al Quran, Allah menceritakan tentang sikap
yang umum ditunjukkan terhadap kematian dengan ayat-ayat berikut:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu’ah, 62: 8)
Kebanyakan manusia menghindari berpikir
tentang kematian. Dalam pesatnya arus peristiwa sehari-hari, seseorang biasanya
menyibukkan diri dengan hal-hal yang sama sekali berbeda: di mana hendak kuliah,
di perusahaan mana akan bekerja, apa warna pakaian yang akan dikenakan besok
pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam; inilah macam isu utama yang biasa
kita pikirkan. Hidup dipandang sebagai proses rutin dari masalah-masalah kecil
sedemikian. Usaha untuk berbicara tentang kematian selalu diinterupsi oleh
mereka yang merasa tidak nyaman mendengar tentangnya. Karena menganggap kematian
hanya akan datang setelah tua, orang tidak ingin merisaukan hal yang tidak
menyenangkan seperti itu. Namun, harus tetap diingat bahwa tidak ada jaminan
bahwa seseorang akan hidup sekadar satu jam lagi. Setiap hari, manusia
menyaksikan kematian orang-orang di sekitarnya, tetapi hanya sedikit berpikir
tentang hari ketika kematiannya disaksikan orang-orang lain. Dia tidak pernah
mengira akhir seperti itu sedang menunggunya!
Bagaimanapun juga, ketika kematian
mendatangi manusia, semua "kenyataan" hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada sisa
dari "masa lalu yang menyenangkan" yang bertahan di dunia ini. Pikirkanlah
segala sesuatu yang dapat Anda lakukan sekarang juga: Anda dapat mengedipkan
mata, menggerakkan tubuh, berbicara, tertawa; semua ini adalah fungsi tubuh
Anda. Sekarang pikirkanlah tentang keadaan dan bentuk tubuh Anda setelah
kematian.
Sejak detik Anda mengembuskan nafas
terakhir, Anda akan menjadi tak lebih dari "seonggok daging". Tubuh Anda yang
diam dan tak bergerak, akan dibawa ke rumah mayat. Di sana , tubuh Anda akan
dimandikan untuk terakhir kalinya. Dengan keadaan terbungkus kain kafan, jenazah
Anda akan dibawa di dalam peti mati ke pemakaman. Begitu jenazah Anda berada di
dalam kubur, tanah akan menutupi Anda. Inilah akhir dari kisah tentang Anda.
Mulai sekarang, Anda hanyalah salah satu nama yang tertulis di nisan pekuburan.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh!
(QS. An-Nisaa’, 4: 78)
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh!
(QS. An-Nisaa’, 4: 78)
Selama beberapa bulan dan tahun pertama,
kuburan Anda akan sering dikunjungi. Seiring berjalannya waktu, makin sedikit
orang yang datang. Sepuluh tahun kemudian, tak ada lagi yang datang.
Sementara itu, anggota keluarga dekat
Anda akan melalui segi lain dari kematian Anda. Di rumah, kamar dan tempat tidur
Anda akan kosong. Setelah pemakaman, hanya sedikit barang-barang kepunyaan Anda
yang akan disimpan di rumah: kebanyakan pakaian, sepatu, dan lain-lain milik
Anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas Anda di
kantor administrasi umum akan dihapus atau diarsipkan. Selama tahun-tahun
pertama, sebagian orang akan berkabung untuk Anda. Namun, waktu akan mengikis
kenangan yang Anda tinggalkan. Empat atau lima puluh tahun kemudian, hanya
tinggal sedikit orang yang ingat akan Anda. Tak lama, generasi baru akan datang
dan tidak seorang pun dari generasi Anda yang tersisa di muka bumi. Apakah Anda
diingat atau tidak, tidak akan berharga bagi Anda.
Sementara semua ini berlangsung di muka
bumi, jenazah di bawah tanah akan melalui proses pembusukan yang cepat. Segera
setelah Anda berada di dalam kubur, bakteri dan serangga yang berkembang biak di
dalam jenazah karena tiadanya oksigen akan mulai berfungsi. Gas-gas yang
dikeluarkan dari organisme-organisme ini akan menggembungkan tubuh, mulai dari
bagian perut, mengubah bentuk dan penampilannya. Busa bercampur darah akan
meletup keluar dari mulut dan hidung karena tekanan gas-gas pada diafragma.
Begitu proses perusakan ini terjadi, rambut tubuh, kuku, telapak tangan dan kaki
akan rontok. Mengikuti perubahan luar ini, di dalam tubuh, organ-organ dalam
seperti paru-paru, jantung, dan hati juga akan membusuk. Sementara itu, adegan
yang paling mengerikan berlangsung di dalam perut, di mana kulit tidak dapat
lagi menahan tekanan gas-gas dan tiba-tiba meletus, menyebarkan bau busuk yang
tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan berlepasan dari
tempat-tempat asalnya. Kulit dan jaringan-jaringan lunak akan hancur sama
sekali. Otak akan membusuk dan mulai tampak seperti tanah liat. Proses ini akan
terus berlanjut sampai seluruh tubuh tinggal kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali lagi
ke kehidupan lama. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bermasyarakat, atau
memiliki pekerjaan yang terhormat tidak akan pernah mungkin lagi terjadi.
Pendeknya, "tumpukan daging dan tulang"
yang kita beri identitas tersebut akan menghadapi akhir yang menjijikkan. Di
sisi lain, Anda — atau tepatnya, jiwa Anda —akan meninggalkan tubuh ini segera
setelah Anda mengembuskan nafas terakhir. Sisa dari diri Anda —jasad — akan
menjadi bagian dari tanah.
Ya, tetapi apa alasan terjadinya segala
hal ini?
Jika Allah berkehendak, tubuh Anda tidak
akan pernah membusuk seperti itu. Dalam peristiwa itu sebenarnya terkandung
sebuah pesan yang sangat penting.
Akhir yang dahsyat yang menunggu manusia
seharusnya membuatnya mengakui bahwa dia bukanlah sesosok tubuh, tetapi sebentuk
jiwa yang "berdiam" di dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus mengakui
bahwa dia memiliki keberadaan di luar tubuhnya. Lebih jauh lagi, manusia harus
memahami kematian jasadnya yang ia coba miliki seolah ia akan abadi di dunia
fana ini. Namun jasad ini, yang ia anggap teramat penting, akan membusuk dan
dimakan cacing suatu hari dan akhirnya tinggal kerangka. Hari itu mungkin saja
sangat dekat.
Walau ada fakta-fakta ini, proses mental
manusia cenderung untuk mengesampingkan apa yang tidak ia sukai atau ingini.
Bahkan ia cenderung untuk menolak keberadaan hal-hal yang tak ingin hadapi.
Kecenderungan ini paling jelas tatkala menyangkut kematian. Hanya penguburan
atau kematian mendadak dari keluarga dekatlah yang membawa kenyataan ini ke
pikiran. Hampir setiap orang menganggap maut jauh dari dirinya. Dianggapnya
mereka yang meninggal dalam tidurnya atau karena kecelakaan adalah orang lain
dan apa yang mereka hadapi tidak akan pernah menimpa dirinya! Setiap orang
mengira dirinya terlalu muda untuk mati dan masih hidup bertahun-tahun lagi.
Namun mungkin sekali, orang-orang yang
meninggal dalam perjalanan ke sekolah atau tergesa-gesa menghadiri rapat bisnis
berpikir begitu. Mereka barangkali tidak pernah berpikir bahwa koran hari
berikutnya akan memberitakan kematian mereka. Sangatlah mungkin bahwa, saat Anda
membaca baris-baris ini, Anda masih tidak menyangka akan meninggal segera
setelah Anda menyelesaikannya atau sekadar memikirkan kemungkinan bahwa hal itu
terjadi. Barangkali Anda merasa bahwa masih terlalu muda untuk meninggal karena
masih banyak hal yang harus diwujudkan. Namun, ini hanyalah suatu pengelakan
dari kematian dan merupakan upaya gagal untuk melarikan diri darinya:
Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." (QS. Al Ahzab, 33: 16)
Manusia yang diciptakan dalam
kesendirian hendaknya menyadari bahwa dia juga kan mati dalam kesendirian.
Namun, sepanjang hidupnya, ia hidup bagai kecanduan harta benda. Tujuan hidupnya
semata-mata untuk memiliki lebih banyak lagi. Namun, tidak seorang pun dapat
membawa harta bendanya ke dalam kubur. Tubuh dikuburkan terbungkus dalam kafan
yang terbuat dari kain termurah. Jasad muncul ke dunia ini sendirian dan
meninggalkannya dengan cara yang sama. Satu-satunya harta yang dapat dibawa
seseorang bersamanya saat kematian adalah keimanan atau kekafirannya.
No comments :
Post a Comment